Saudara-saudariku yang dirahmati Allah, kita hidup di dunia ini hanyalah sebagai musafir yang sedang menempuh perjalanan. Rasulullah ﷺ telah mengingatkan kita bahwa dunia ini bukanlah tujuan akhir, melainkan persinggahan sementara sebelum kita menuju tempat yang kekal, yakni akhirat.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
(QS. Al-Hadid: 20)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa dunia hanya sekadar tempat ujian. Tidak lebih dari sekadar hiasan yang mempesona sesaat, seperti hujan yang menumbuhkan tanaman namun akhirnya layu dan musnah. Betapa banyak orang yang tertipu dengan gemerlapnya dunia, sehingga lupa bahwa semuanya akan berakhir, dan yang abadi hanyalah amal yang kita bawa menghadap Allah.
Saudara-saudariku, mari kita renungkan pesan Rasulullah ﷺ dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Beliau bersabda:
Hiduplah di dunia seakan-akan kamu adalah orang asing atau seorang musafir yang sedang melewati suatu jalan."
(HR. Bukhari)
Bayangkanlah kita sebagai musafir, yang tidak memiliki rumah tetap di dunia ini. Apa yang kita kejar? Apakah kita akan menumpuk kekayaan di tempat yang hanya sementara? Tentu tidak. Musafir hanya membawa yang dibutuhkan untuk perjalanannya, karena tahu bahwa perjalanan ini akan berakhir dan tujuan sejati adalah kampung halaman, yakni akhirat.
Oleh karena itu, mari kita fokus untuk mengumpulkan bekal di jalan yang benar. Allah azza wajalla berfirman:
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia..."
(QS. Al-Qasas: 77)
Allah memerintahkan kita untuk mempersiapkan diri menuju akhirat, namun juga tidak melupakan kehidupan di dunia. Ini bukan berarti kita boleh hidup dalam kemewahan atau berlebihan, tetapi kita diminta untuk hidup seimbang. Gunakan nikmat yang Allah berikan untuk kebaikan, agar menjadi bekal di akhirat.
Saudaraku, dunia ini bukan tempat tinggal, melainkan tempat meninggal. Setiap kita akan sampai pada titik itu, di mana kita harus meninggalkan dunia ini dan membawa amal sebagai bekal. Maka, mari kita jadikan dunia ini ladang amal, bukan tempat berlabuh. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang cerdas, yang mempersiapkan diri untuk kehidupan yang abadi.
kutipan • Juli 18, 2024